Membuka jendela,
Aku menemukan malam masih menggelantung dikedua matamu...
Hitam kopi dan gelap langit berebutan menjadi
laut, bagimu melayari pekatnya...
Bintang selalu saja gagap menunjukkan peta, kearah mana kau
akan menemukan pagi yang dermaga...
Sedang asin laut dan gigil angin gigih menggigit tubuhmu...
Mungkin kau sebegitu beku kaku menafsirkan malam....
Menyunggingkan senyum sepanjang detak nadi membunuh detik
satu persatu....
Menjadi hitungan almanak yang tentu saja besok harus gugur
menjadi angka lain....
Berulang-ulang...
Sebab lapar selalu melontar kabar....
Dan kau masih saja melulu beku kaku....
Waktu mengutuk kesakitan menjadi sarapan yang matang sebelum
kau sembunyikan matahari dibalik dadamu yang selalu rapuh hampir rubuh
menjelang subuh gadaikan gaduh......
"Didalamnya, aku lahap dan bisa menjadi malaikat bagi
sepasang mata mungil yang senantiasa membahasakan pukau CINTA lewat kemilau
cemerlang tatapannya, yang sesekali membadai....."
Di luar jendela,
Aku membaca isyarat...
Orang-orang berterbangan menuju langit...
Mencari matahari yang kau sembunyikan....

0 komentar:
Posting Komentar